Shrimp Toilet: Solusi Inovatif Atasi Limbah Organik Tambak Udang

Teknologi ini sudah banyak diterapkan di Asia Tenggara dan beberapa negara lain seperti India. Prinsipnya adalah memanfaatkan sebagian kecil area tambak untuk membuat saluran pembuangan terpusat di dasar-tengah kolam.

by Sakti Biru Indonesia • Published on September 3, 2025

Budidaya udang modern menghadapi tantangan besar seiring dengan meningkatnya intensifikasi sistem akuakultur. Menurut FAO, hampir separuh konsumsi ikan dunia kini berasal dari akuakultur, dan produksi diperkirakan akan meningkat hingga 60–100% dalam dua hingga tiga dekade mendatang. Pertumbuhan ini mendorong penggunaan pakan buatan dan pupuk dalam jumlah tinggi, yang pada akhirnya menghasilkan akumulasi limbah organik di dasar tambak.

Masalah limbah organik—berasal dari sisa pakan dan kotoran udang—bukan sekadar isu teknis, melainkan juga ancaman serius bagi kesehatan ekosistem tambak. Limbah yang menumpuk menciptakan kondisi anaerobik yang menghasilkan amonia dan hidrogen sulfida. Gas-gas beracun ini menimbulkan stres pada udang, sekaligus membuka jalan bagi patogen oportunistik seperti penyebab Early Mortality Syndrome (EMS), Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND), dan White Fecal Disease (WFD).

Konsep “Shrimp Toilet”

Untuk menjawab masalah ini, muncul inovasi sederhana namun efektif yang dikenal sebagai shrimp toilet atau central drain. Teknologi ini telah mulai diadopsi di Asia Tenggara, Bangladesh, dan India, khususnya di Andhra Pradesh dan Bengal Barat. Prinsipnya adalah memanfaatkan sekitar 5–7% area tambak untuk membuat saluran pembuangan terpusat di dasar kolam.

Desain shrimp toilet biasanya berupa kemiringan 25–30° menuju titik tengah, dilengkapi sumur kecil sedalam 2–3 kaki. Dengan bantuan aerasi intensif, limbah organik terdorong menuju titik ini, kemudian disedot menggunakan pompa atau memanfaatkan gaya gravitasi. Penambahan inovasi berupa parabola HDPE juga dapat memperluas area hisap, sekaligus mengurangi risiko udang ikut tersedot.

Dampak dan Manfaat

Sistem pembuangan limbah organik, baik dengan konsep shrimp toilet maupun ADHP,  memungkinkan pembuangan lumpur dan limbah organik secara rutin dan terkendali, sehingga:

     1. Menekan risiko penyakit – mengurangi prevalensi EMS, AHPND, EHP, WFD, hingga White Muscle Disease.
     2. Mengurangi stres udang – kondisi air lebih stabil dan sehat.
     3. Meningkatkan efisiensi pakan (FCR) – karena kualitas air lebih baik.
     4. Mengurangi kebutuhan bahan kimia – seperti desinfektan dosis tinggi
     5. Menjaga lingkungan – mencegah pelepasan lumpur organik mentah ke perairan umum.

Perspektif Keberlanjutan

Keunggulan lain dari shrimp toilet adalah potensi memanfaatkan lumpur organik sebagai pupuk alami. Setelah diendapkan dan diolah, lumpur kaya nutrien ini dapat digunakan untuk pertanian sekitar tambak, menciptakan siklus ekonomi sirkular antara akuakultur dan agrikultur.

Namun, teknologi ini tetap memerlukan manajemen yang disiplin. Petambak perlu menyediakan area khusus sebagai tempat penampungan lumpur, serta memastikan pembuangan akhir dilakukan secara aman. Jika dilakukan dengan benar, shrimp toilet bukan hanya solusi teknis, tetapi juga pendekatan ramah lingkungan yang mendukung keberlanjutan industri udang global.

ADHP (Auto Drainage, High Productivity)

Konsep central drain pada tambak terus berkembang. Belakangan, salah satu perusahaan pakan dari Tiongkok mengembangkan sistem serupa dengan tujuan mempercepat pengumpulan sisa pakan dan feses udang di tengah kolam untuk kemudian dibersihkan secara cepat. Konsep ini diberi nama ADHP (Auto Drainage, High Productivity). 

Berbeda dengan central drain, yang kemiringannya hanya fokus pada bagian tengah, ADHP didesain dengan membuat kemiringan dari pinggiran tambak hingga ke tengah. Kemiringannya sekitar 3%. Kemiringan ini mungkin dikhawatirkan dapat mempercepat pakan yang belum termakan oleh udang terkumpul di tengah dan terbuang. Tetapi dengan teknologi auto feeder yang lebih efisien, kekhawatiran itu bisa diatasi. Sistem ini dapat meningkatkan produktivitas tambak intensif hingga menjadi 40 ton/hektar. 

Konstruksi Tambak Ideal Sejak Didesain

Penerapan sistem central drain dan ADHP memerlukan pengerjaan yang detail dan terukur sejak mendesain tambak hingga pembangunan konstruksinya. PT Sakti Biru Indonesia (SBI), perusahaan terintegrasi di industri tambak udang, berpengalaman membangun tambak-tambak intensif di berbagai daerah di Indonesia. Dengan dukungan pengalaman dan keahlian dalam konstruksi tambak intensif, SBI siap membantu petambak membangun sistem budidaya yang lebih produktif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

 

Referensi

     1. Md. Idrish Raja Khan. Shrimp Toilet: A novel way for disposal of organic waste in Aquaculture systems
     2. The Crust. ADHP Part 1 
 

author

Sakti Biru Indonesia

Shrimp Aquaculture Company