Perusahaan akuakultur terintegrasi, PT Sakti Biru Indonesia (SBI), kembali menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi untuk mengembangkan program unggulannya, Sakti Academy. Kali ini, SBI berkolaborasi dengan Jurusan Perikanan dan Kelautan Politeknik Negeri Lampung (Polinela). Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara SBI dan Polinela pada Rabu (25/6), di Kampus Polinela.
Dalam sambutannya, Direktur SBI, Suseno, menyampaikan bahwa program Sakti Academy merupakan model pembelajaran yang cocok untuk mahasiswa maupun lulusan muda. Lewat program ini, mereka tidak hanya ditantang untuk terlibat langsung di lapangan, tetapi juga diajak memahami permasalahan nyata di industri tambak udang. Di sisi lain, program ini juga menjadi wadah bagi mereka untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari.
“Kami tidak mengedepankan pengalaman, tapi kemauan mereka untuk belajar dan maju sangat kami hargai,” ujarnya.
Suseno juga mengenalkan bahwa SBI merupakan perusahaan terintegrasi dari hulu ke hilir di sektor perudangan—mulai dari hatchery, pembibitan (nursery), budidaya, trading pascapanen, hingga cold storage yang tengah dalam tahap persiapan. Selain itu, SBI juga mengembangkan berbagai produk inovatif yang diproduksi sendiri, seperti pakan untuk hatchery dan benur nursery yang selama ini banyak diimpor, serta pabrik pengolahan maggot yang tengah dikembangkan dari limbah organik. SBI juga memiliki RT PCR yang dapat mendeteksi tujuh jenis penyakit udang sekaligus.
Sementara itu, Direktur Polinela, Prof. Sarono, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kerja sama ini menjadi langkah penting untuk meningkatkan kualitas Polinela sebagai sekolah vokasi. Ia menekankan bahwa pendidikan vokasi perlu memiliki kurikulum dan proses pembelajaran yang dirancang bersama dan didampingi oleh pihak industri.
Lebih dari itu, kerja sama ini juga membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk magang langsung di industri, khususnya di tambak udang. Di sisi lain, Sarono turut mendorong para dosen agar memanfaatkan kolaborasi ini untuk melakukan riset yang relevan dengan kebutuhan industri. “Kami siap mendukung kebutuhan SDM. SDM kami tangguh dan punya keunggulan di lapangan,” ujar Sarono.
Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan Polinela, Pindo Witoko, menyambut baik kerja sama antara jurusannya dan SBI. Ia menilai, dari sisi tri dharma perguruan tinggi, Polinela siap menjalin pertukaran ilmu dan teknologi dengan dunia usaha. Kerja sama ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi peningkatan pengetahuan dan wawasan para mahasiswa.
“Sakti Academy ini bisa menjadi satu ruang dan peluang untuk mengembangkan skill kita di dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Kami siap mengirimkan mahasiswa-mahasiswa kami,” ujar Pindo.
Kuliah Umum dari Sakti Biru Indonesia
Selain penandatanganan MoU, acara tersebut juga diikuti dengan kuliah umum oleh General Manager SBI, Dr. Agung Setiarto. Di hadapan mahasiswa dan dosen perikanan dan kelautan Polinela, Agung menyampaikan peran penting industri tambak udang dalam isu ketahanan pangan.
Selain itu, Agung juga menyampaikan beberapa sistem dan teknologi produksi yang digunakan di tambak udang, seperti aquamimicry, bioflok, serta probiotik dan prebiotik. Secara sederhana, Aquamimicry merupakan sistem yang mengondisikan tambak sesuai dengan lingkungan alami udang, termasuk pakan alaminya. Meski bukan “sistem yang canggih”, sistem ini berhasil diterapkan oleh produsen udang terbesar dunia, Ekuador.
Sementara itu, sistem bioflok bekerja dengan menumbuhkan bakteri menguntungkan melalui pengaturan rasio karbon dan nitrogen (C/N). Bakteri ini tidak hanya membantu mengendalikan patogen seperti Vibrio, tetapi juga meningkatkan efisiensi pakan dan mengurangi kebutuhan pergantian air, sehingga budidaya menjadi lebih berkelanjutan.
***