Dengan pertumbuhan populasi dunia yang terus meningkat, permintaan akan sumber protein, termasuk protein berbasis seafood dari akuakultur, juga ikut bertambah. Diperkirakan produksi akuakultur perlu meningkat dua kali lipat untuk memenuhi kebutuhan global pada tahun 2050. Namun, peningkatan ini menghadapi tantangan besar, khususnya dalam isu keberlanjutan lingkungan akibat dampak kegiatan akuakultur.
Salah satu tantangan utama keberlanjutan dalam budidaya, termasuk udang, adalah pakan. Dikutip dari All Fish News, Carlos Diaz, CEO Biomar Group, dalam paparannya di Global Shrimp Forum 2024 di Belanda, menyoroti bahwa pakan menyumbang 80% dampak lingkungan industri seafood, dengan 90% berasal dari bahan baku pakan. Menurutnya, bahan baku yang digunakan di masa depan harus restoratif dan sirkular, bukan lagi bergantung pada fishmeal atau memperluas produksi tanaman bahan baku.
Belajar dari Industri Salmon
Industri udang dapat belajar dari transformasi yang sudah terjadi di industri salmon. Pada awalnya, pakan salmon mengandalkan bahan baku laut seperti tepung ikan dan minyak ikan. Namun, sejak tahun 2000-an, bahan nabati mulai lebih banyak digunakan, menurunkan rasio ketergantungan pada hasil tangkapan laut (FFDR). Meski begitu, transisi ini tidak langsung menurunkan jejak karbon, hingga bahan baku sirkular dan restoratif mulai digunakan.
Diaz menjelaskan bahwa meskipun pakan udang saat ini memiliki jejak karbon lebih baik dibandingkan salmon, akuakultur secara keseluruhan tetap menghasilkan jejak karbon yang jauh lebih kecil dibandingkan produksi protein terestrial—hanya sekitar 10% dari dampak yang dihasilkan peternakan darat.
Strategi Pengurangan Jejak Karbon
Untuk mengurangi jejak karbon industri udang, Biomar melakukan studi di Ekuador menggunakan Life Cycle Assessment (LCA). Penelitian ini menunjukkan bahwa 60% dampak lingkungan berasal dari pakan, sementara sisanya dari aktivitas budidaya. Berdasarkan hasil ini, Diaz merumuskan tiga strategi utama:
1. Mengoptimalkan bahan baku pakan dengan fokus pada bahan sirkular dan restoratif.
2. Meningkatkan efisiensi pemberian pakan.
3. Menggunakan energi terbarukan untuk menekan penggunaan bahan bakar fosil.
Dengan strategi ini, jejak karbon dapat turun dari rata-rata 5,2 menjadi 2,1 kgCO2e/kg jika semua langkah diimplementasikan secara bersamaan.
Tren Pasar dan Transformasi
Diaz juga menekankan pentingnya transparansi dan pelacakan dalam setiap tahap produksi untuk memenuhi tuntutan konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan. Inspirasi dari industri salmon menunjukkan bahwa udang memiliki peluang serupa untuk menciptakan pasar yang lebih luas dengan pendekatan keberlanjutan.
Ke depan, produk udang yang menonjolkan aspek kesehatan dan keberlanjutan, seperti yang dilakukan di Ekuador dan Madagaskar, dapat menjadi daya tarik bagi pasar baru. Dengan siklus hidup yang cepat dan fleksibilitas dalam pengolahan, industri udang memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar global.